• P2K UNDARMA KUPANG
  • 0800 1234 000 (BEBAS PULSA)
  • www.p2k.co.id

Sabtu, 19 November 2016

PROGRAM PERKULIAHAN KARYAWAN UNDARMA KUPANG

Program Perkuliahan Karyawan diselenggarakan untuk semua tamatan/lulusan SMA/SMK, D1, D2, D3/Poltek/Akademi, dsb; melanjutkan ke Sarjana (S-1) atau pindah jurusan 

Biaya Pendaftaran Mahasiswa Baru = Rp 100.000,-
Pendaftaran dibuka SETIAP HARI: Senin s/d Minggu Jam 09.00 - 17.00
Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru dapat dilaksanakan dgn salah satu cara sbb :
langsung dilaksanakan di Kampus UNDARMA Kupang (Sekretariat P2K) atau diwakilkan;
via (menggunakan) surat, POS, Faks., Telepon;
via (menggunakan) Internet (Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru online)

Penjelasan Penting : apabila kuota sudah memenuhi maka pendaftaran semester ini langsung ditutup, serta pendaftaran semester berikutnya langsung dibuka.

Program Studi & Jurusan

Fakultas Teknik Informatika dan Perencanaan Wilayah Tata Kota (FTIP)           
Teknik Informatika (S1)
Perencanaan Wilayah dan Tata Kota (S1)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)    
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (S1)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1)
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (S1)
Fakultas Pertanian Lahan Kering (FAPERTA LAHAN KERING)     
Agroteknologi (S1)
Agribisnis (S1)
Fakultas Hukum dan Ilmu Pemerintahan (FHIP)   
Ilmu Hukum (S1)
Ilmu Pemerintahan (S1)

Sekilas Kampus UNDARMA kupang

         Peguruan tinggi swasta di NTT kini bertambah satu. Universitas Karyadarma atau Undarma, demikian namanya. Pada tahun pertama (2011) perkuliahannya, Undarma yang berbasis di Kabupaten Kupang, memiliki 363 mahasiswa.
Menandai dimulainya perkuliahan, dilaksanakan pembukaan kegiatan matrikulasi di Aula Puskud NTT, Selanjutnya, kegiatan matrikulasi akan berlangsung di gedung SMAN 1 Kupang Timur, selama enam hari.
Rektor Undarma, Prof. Maria A Noach, Ph.D, M.Ed mengatakan Undarma adalah perguruan tinggi pertama di Kabupaten Kupang. “Sesuatu yang baru mulai memang membutuhkan banyak dukungan. Ini Sesuatu yang luar biasa dan patut disyukuri,” katanya.
Kabupaten Kupang, lanjut Maria Noach, meski berlimpah dengan berbagai kekayaan alam, masyarakat masih jauh dari sejahtera. Undarma harus mampu menciptakan manusia unggul yang bisa berkompetisi secara global.
“Dengan adanya perguruan tinggi di daerah akan menghasilkan manusia yang mampu mengelola alam dengan baik. Di lain pihak pendidikan tinggi yang paling berpotensi untuk mengangkat ekonomi dan sosial,” ujarnya
Sebetulnya, kata Maria Noach, banyak masalah yang nampak di depan mata misalnya pencemaran laut Timor dimana Australia diam-diam dan tertawa padahal dampak dari pencemaran tersebut cukup besar. Visi Undarma adalah menjadi unoversitas  riset kelas dunia yang unggul, bermartabat.
“Meskipun Undarma berada di Kabupaten Kupang tapi Undarma memiliki visi menjadi universitas riset internasional. Bersaing secara global, menjadi manusia internasional meskipun berada di kabupaten Kupang,” tegasnya.
Ketua DPRD NTT, Drs. IA Medah mengatakan, kehadiran satu perguruan tinggi membawa harapan baru bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia.
“Saya pernah berbincang dengan pimpinan Unicef bahwa NTT termasuk angka tertinggi untuk anak yang pertumbuhan paling belakang. Mungkin kita belum merasa ini sebagai ancaman tetapi kalau dianalisa maka 25 tahun ke depan anak anak NTT menjadi anak yang terbelakang,” ujar Medah.
Memasuki abad 21 perguruan tinggi menjaidi barometer yang menjadi tingkat kemajuan suatu bangsa. Rendahnya partisipasi terhadap pendidikan tinggi salah satu penyebabnya adalah  karena akses masih rendah dan biaya pendidikan tinggi juga cukup besar.
Medah mengatakan semoga kehadiran Undarma memiliki manfaat positif bagi masyarakat. Ia memberikan beberapa masukan untuk pengelola Undarma diantaranya pembukaan PT memiliki prasyaratan dasar yang harus memadai.
Kedua, angka pengangguran terdidik semakin meningkat sehingga dimensi dan kualitas harus jadi syarat mutlat. Ketiga, tingkatkan kompetisi i dalam penyelengaraan pergtuan tinggi karena persaingannya sangat ketat. Jika perguruan tinggi kurang bermutu maka dengan sendirinya akan ditinggalkan oleh masyarakat. Keempat, faktor esensial yang harus dilengkapi misalnya lab, teknologi, dan lainnya.
Undarma diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan SDM, menerapkan pendidikan kewieausahaaan sehingga menghasilkan luluasan yang menciptakan kerja bukan pencari kerja.
Mewakili Gubernur NTT, Asisten Administrasi Umum Sekda NTT, Edy Ismail mengatakan undarma merupakan terobosan baru khususnya di Kabupaten Kupang.
“Kegiatan hari ini bukan kegiatan yang biasa tapi sudah sepantasnya jadi tolok ukur. Kuliah perdana ini jadi tanda awal dimulainya proses perubahan dan transformasi dalam menata sistem pendidikan. Pemprop sangat respon dan menaruh harapan dan mendukung setiap upaya yang dilakukan dalam menggali sda dan sdm,” jelasnya
Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang pertama di Kabupaten kupang diharapkan agar Undarma terus berbenah diri. Edy Ismail mengatakan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan diantarnaya bagaimana upaya dalam meningkatkan disiplin pribadi dan bertindak sesuai sistem pendidikan nasional.
Kedua, dalam memanage lembaga tersebut maka harus memperhatikan nilai dan norma yang akan mendidikan karakter anak bangsa. Berperan aktif untuk menciptakan suasana yang kondusif.

VISI, MISI DAN TUJUAN UNDARMA KUPANG


VISI, MISI & TUJUAN UNDARMA

Visi Universitas Karyadarma Kupang adalah:
“Tahun 2039 menjadi perguruan tinggi terdepan di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, bermutu, berdaya saing tinggi, bermartabat, dan berkarakter kewirausahaan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.”

Misi Universitas Karyadarma Kupang adalah:
(1) Mendorong perkembangan masyarakat melalui proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka membangun masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas;
(2) Menghasilkan lulusan yang kompeten, profesional, dan berdaya saing tinggi, berkarakter kewirausahaan berdasarkan nilai-nilai luhur KeTuhanan;
(3) Menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) yang sesuai dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

Tujuan Universitas Karyadarma Kupang adalah:
(1) Menyiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berbudi pekerti luhur, cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mampu mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, guna mendorong pengembangan nilai-nilai budaya dan peradaban manusia;
(2) Memiliki kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan konsep pemecahan masalah berdasarkan metode ilmiah;
(3) Terwujudnya kemajuan IPTEKS yang sesuai dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan masyarakat;
(4) Terpeloporinya perkembangan masyarakat melalui proses pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam rangka membangun masyarakat Indonesia yang madani.

SEJARAH KOTA KUPANG


Sebuah kota di Pulau Timor yang memiliki batas paling utara dengan Teluk Kupang, batas paling timur dengan Kabupaten Kupang, batas bagian barat dengan Selat Semau dan Kabupaten Kupang, dan batas bagian selatan dengan Kabupaten Kupang. Kota Kupang yang memiliki ciri khas udara yang panas ini memiliki sejarah yang patutnya diketahui oleh masyarakat.


Legenda Koepang bukanlah sebuah cerita fantasi atau dongeng pengantar tidur yang biasa dilakukan untuk anak-anak kecil di kampung. Akan tetapi koepang tempo doeloe adalah sebuah legenda bermakna sejarah

karena peristiwa-peristiwa yang dialami penduduk pemula disuatu lokasi negeri yang sepi diliputi hutan belukar adalah sebuah peristiwa sejarah yang berproses dari masa ke masa sampai terbentuknya nama koepang. Negeri yang sepi tersebut, awalnya hanya terdapat dua kampung tradisional yaitu  kampung kaisalun dan kampung Bani Baun. Kedua kampung itu dihuni oleh sekelompok orang bersama pemimpin adatnya yang mengaku sebagai suku bangsa helong yang datang dari negeri seberang laut. Kata Helong berasal dari dua suku kata, kata He yang berarti “Jual” dan kata Lo yang berarti “Tidak”. Jika digabung berarti Tidak Jual. Pengertian umumnya yaitu pengorbanan atau rela berkorban. Falsalah hidup Helong dari leluhurnya, bersedia berkorban dan tidak rela diganggu oleh lingkungannya dan mereka akan berbalik membalas kalau sampai diganggu

Data lain menyebutkan bahwa Timor telah dihuni manusia sejak 13.500 tahun silam, oleh sekelompok kecil penduduk , hidup dari berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Sekurang-kurangnya terdapat dua kelompok yang mendarat di pulau Timor yaitu kelompok etnik berbahasa Tetun, Dawan dan Buna mendarat di pantai selatan pulau Timor dan kelompok etnik berbahasa Helong mendarat di ujung Timur pulau Timor, daratan yang luas itu oleh para leluhur orang Helong menamakannya Nusa Timu. Terdapat tiga tempat yang sangat berkesan ketika para leluhur Helong menemukan Nusa Timu. Tempat itu dijadikan lambang abadi yakni ; Bandar Tutuala (Tutu-fala) dan pulau La-Co (La-Kon). Di tempat tersebut terpatrei motto : PENGORBANAN , PERMUSYAWARATAN , DAN PENGABDIAN. Motto ini menjadi falsafah hidup peninggalan nenek moyang orang Helong.

Kelompok Satu berjumlah sebelas kepala keluarga yaitu Nuh-Natun; Lai-Kait; Lai-Daat; Lai-Lopo; Siki-Timu; Lisi-Lena; Lisi-Laihulu; Kla-Peka; Lai Biti; Lai Nai Sono dan Lai-Nusa. Kelompok satu dibawah pimpinan Lai-Kait. Ada saat pelepasan kelompok karena jurusan atau route yang ditempuh berbeda maka oleh raja Helong dibuat acara pelepasan yang disebut “SAO” artinya melepas pergi atau berpisah. Tempat diadakan acara pelepasan berdekatan dengan sumber mata air, sehingga lokasi tersebut diberi nama “Ui-Sao”; Ui berarti air ; Sao berarti  melepas pergi (berpisah). Penyebutan air menurut bahasa Helong yaitu Ui namun karna pengaruh bahasa Rote menjadi Oe sehingga nama tempat itu dikenal dengan nama Oesao. Kelompok satu berjalan lewat tanah datar arah matahari terbenam yakni dari Uisao tiba disuatu lokasi untuk mencari minum. Mereka membuat alat untuk minum dari daun lontar yang dinamakan “Sapat” atau “Hai”, sehingga lokasi tersebut dinamakan Uisapat saat ini dikenal dengan Oesapa. Setelah melanjutkan perjalanan kelompok satu bertemu dengan anggota rombongan Lai-topan yang sudah lama tinggal menetap di kaisalun dan Buni Baun. Atau Buni Baun berarti terlindung  (tersembunyi dan aman).  Di lokasi ini dulu kala terdapat gua (liang). Lokasi  Buni Baun berkembang menjadi kampung yang disebut  Buin Baun. Saat ini kampung itu dikenal dengan nama Bonipoi.

Kelompok Dua berjumlah dua puluh empat kepala keluarga, yaitu  Solini; Hlena Sabu; Putis-Lulut; Belis-Mau; Is-Mau; Lai-Silap; Buit-Lena; Lasi-Kodat; Tiu-Muli; Hlena-Mui; Lai-Bahas; Lai-Kuni; Buit-Bissi; Bis-Tolen: Koe-Slulat; Bilis-Tolen; Bi-Musuh; Bal-Mae; Bal-Somang dan Mes-Tuni. Kelompok ini dipimpin langsung oleh Lissin-Bissing (Lissin Lai Lai Bissi). Menempuh daratan berbukit. Rombongan tersebut beristirahat sambil makan disebut ‘Ka”, sedang bekal yang dibawa untuk dimakan selama perjalanan disebut “Biti”, lokasi untuk makan bersama dekat dengan sumber air yang berlimpah yang ditandai dengan nama “Ui-Ka-Biti”. Tempat itu sekarang dinamakan Oekabiti. Kemudian rombongan meneruskan perjalan melalui kampung Batulesa, Uibatu, Tapa, Uitalu, dan Naioni. Dari Naioni rambongan tiba di kampung Petu (berasal dari kata “Pentu” artinya pantat kering). Di tempat tersebut suara yang diteriakkan akan memantul kembali (Echo) dari sebuah batu yang disebut “Batu Fala” artinya batu bersuara, saat ini dikenal dengan nama Fatukoa dalam bahasa Timor, Fatukoa artinya Batu Berteriak.

Pada perjalanan selanjutnya Kelompok satu bertemu dengan Kelompok Dua dikampung Liliba. Kampung ini diberi nama Liliba karena terdapat kali (sungai yang aliran airnya sangat deras, tidak ada jembatan sehingga anggota rombongan takut menyeberang). Kata “Li-li”adalah sebuah isyarat artinya takut-takut; “Ba” artinya air yang mengalir, dengan demikian “Liliba” diartikan Takut Menyebarang Banjir Air Kali yang Deras. Ditempat itu Lissin lai Bissi memberikan tempat tinggal pada keluarga Lasikodat. Tempat itu ditunjuk mulai dari Uibatu sampai Pantai Tenau termasuk Bolok. Keluarga Nusnatun diberi tempat bernama Tuak Natun (Wilayah Bakunase – Batu Plat). Sebagai tanda peringatan atau kenangan bagi leluhur orang Helong maka pada masa pemerintahan Bupati Kupang W.CH. Oematan di kampong Bonipoi, disampaing Barat Gereja Katolik diberi nama jalan “Jalan Semau”. Nama Buni Baun (Buin Baun) sangat popular bagi orang-orang Helong sehingga pada peristiwa adat sering dimunculkan syair-syair adat. Demikian pula orang-orang Helong dari Semau yang ingin datang ke Koepang, dikatakannya mau ke Buin Baun.

Berselang beberapa generasi Lissin Bissing (Lissin lai bissin) bermukim di Boni Baun. Periode berikutnya rombongan Lais-kodat (Lasi Kodat) menyusul, namun memilih tinggal diujung Tanjung (Lokasi Kantor Syah Bandar dan Mercusuar). Saat itu masyarakat memiliki dan mengakui tiga raja, yaitu Lain Kopan, Lissin Bissing dan Lais Kodat (Raja muda). Itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya Kampung Kupang Tempo Doeloe. Dari kisah ini terungkap bahwa Lai Kopan adalah Raja Pertama. Tugas utamanya telah merintis payung koordinasi kehidupan kemasyarakatan, pemerintahan dan perdagangan tradisional serta keamanan lingkungan bagi warganya. Raja kedua adalah yaitu Lissin Bissing (Lissin Lai Bissi) dinobatkan menggantikan bapaknya Lai Bissi untuk memimpin tiga puluh lima kepala keluarga dan anggotanya. Namun setibanya di Buni Baun, statusnya sebagai Raja menempati urutan kedua setelah Lai Topan (Lai Kopan) yang sudah lebih dulu diakui masyarakatnya sebagai Raja.

Data menunjukkan Raja Lissin Bissing dan putra mahkota Bissig lissin memangku jabatan pada masa prasejarah. Setelah itu disusul Raja KoEn Lai Bissi yang bergelar KoEn Am Tuan (KoEn Besar). Tergolong masa peralihan dari prasejarah memasuki masa sejarah. Menurut catatan pada masa kekuasaan KoEn Lai Bissi dan periode kekuasaan raja-raja selanjutnnya berjumlah 15 orang dan semuanya dari keturunan Lissin Bissin. Demikian pula pada masa VOC/Pemerintahan Hindia Belanda terdapat 10 orang Raja dari keturunan Lissin Bissin dianmtaranya yaitu Manas Bissi IV (1816-1826) kemudian Manas Klomang Bissilisin urutan raja ke-6 tahun 1872 – 1882. Saat itu Raja Manas Klomang Bissilisin memperkenalkan sonaf Kai salun dengan anam Sonaf 3.  Setelah Raja Manas Klomang Bissilisin, Jabatan sebagai Raja dipangku Leo Manas Bissilisin ( 1882 – 1885 ) lalu Dean Manas Bissilisin (1885–1908) lalu Soleman Pallo Bissilisin (1908–1911) dan urutan Raja ke-10 dijabat oleh Salmun Pallo Bissilisin (1911–1917). Sesuai dengan penerapan system politik pemerintahan Belanda maka periode berikutnya jabatan Raja diturunkan menjadi Fettor. Pada masa prasejarah didaratan Timor bagian Indonesia terdapat 4 bahasa Daerah yaitu :

        Bahasa Marae atau Buna, berdiam di Belu bagian Timur Laut berbatasan dengan Negara Timor Leste.
        Bahasa Tetun, di Belu sebagian Timor Tengah Utara
        Bahasa Dawan, di Timor Tengah Selatan dan sebagian Timor Tengah Utara.
        Bahasa Helong, masyarakatnya menempati Pulau Semau, Koepang Tengah (Kolhua, Bi Upu, Uihani, Uilautsala, Kuan Boke, Bismarak); Koepang Barat (Bolok, Binael, Alak, Boenana, Uimatnunu, Uilesa, dan sebagian Toblolong dan Klaibe).

Menurut Memorie Resident Karthaus pada abad ke – 17 berturut-turut tiba Koepang, 4 rombongan suku, yaitu :

        Suku Pitais yang dari Takaeb dan Pasi (Swapraja Fatuleu). Kepalanya diangkat sebagai Raja Koepang selaku Fettor. Diberi tempat kediaman di Polla (Oepura).
        Suku Amaabi dari Amanuban. Rombongan Amaabi diterima baik oleh Raja Koepang dan diberi tempat tingat di dekat Kebon Raja di Bonipoi (Sebelah Gereja Katolik). Kelompok ini membentuk kerajaan Amaabi Tambaring.
        Suku Taebenu, berasal dari pegunungan Mollo. Kepala suku diterima baik oleh Raja, diberi tempat kediaman di Baumata, kemudian membentuk kerajaan Taebenu.
        Suku Sonbai, diutus oleh Sonbai Besar (Di Paeneno – O’enam). Kepalanya bernama Baki Bena Sonbai. Rombongan diterima baik oleh Raja, diberi tempat di bukit sebelah Barat Benteng Portugis (Sekarang Nunhila). Kemudian pindah ke Bakunase dan membentuk kerajaan Sonbai kecil.

Awalnya Koepang Tempo Doeloe, bagi orang Helong dinamakan “Kai Salun-Buni Baun”. Hal ini diketahui lewat sejarah dan asal-usul kota Koepang. Adalah Raja Koen Bissi ll atau Koen Am Tuan memerintah warganya untuk membangun pagar batu disekeliling pagar istana. Pagar batu tersebut adalah batu Alam bersusun keatas berlapis empat. Kondisi tersebut menurut bahasa Helong yaitu “PAN”. Oleh rakyat atau warga yang ini berurusan atau menemui Raja Koen ditempat yang disebut PAN, sehingga sering disebut “KOENPAN”. Dalam perkembangan penggunaan bahasa (ucapan) secara etimologis kata ‘’KoenPan” berubah menjadi “Koepang”, selanjutnya dengan ejaan baru maka disesuaikan lagi menjadi “KUPANG”. Sebagai tanda penghormatan terhadap leluhur Lai Bissi yakni moyang dari KoEn Lai Bissi maka oleh pemerintah Kabupaten Kupang menggantikan nama Kampung Cina menjadi Kelurahan Lai Bissi Kopan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1978 tanggal 18 September 1978 Kupang diresmikan menjadi Kota Administrasi Kupang oleh Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud. Selanjutnya melalui Undang Undang No. 5 tahun 1996 tanggal 25 April 1996, Kupang diresmikan sebagai Kota Madya Daerah Tingkat II. Jabatan Walikota pertama dipegang oleh S. K. Lerik.

Sesuai dengan ketentuan perundang undangan, pada tahun 2007 dilakukan pemilihan langsung oleh rakyat yang dimenangkan Drs. Daniel Adoe sebagai Walikota dan Drs. Daniel Hurek sebagai Wakilnya, periode 2007-2012. Proses yang sama dilaksanakan pada periode 2012-2017, yang dimenangkan pasangan Walikota Jonas Salean, SH dan Wakil Walikota dr. Hermanus Man. Pasangan tersebut menampilkan Visi “Mewujudkan Kota Kupang sebagai kota berbudaya, modern, produktif dan nyaman berkelanjutan”


Sumber : Koepang Tempo Doeloe,   Pengarang: Drs. Ishak Arries Luitnan

SOLUSI CERDAS

P2K

P2R

Pelatihan K3